Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Affiliate Banner Unlimited Hosting Indonesia

Kumpulan Puisi Lama dan Modern dengan Berbagai Tema





Bismillah...
     Assalamualaikum guys, hari ini saya mau memposting kumpulan puisi dari para penulis puisi. Sebelum itu saya mau nanya nih, apa itu puisi? Tentu hampir semua orang mengenali puisi. Puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias. Nah setelah mengetahui apa itu puisi. Mari kita simak beberapa contoh puisi.

Surat dari Ibu
Oleh Asrul Sani


Pergi ke dunia luas, anakku sayang
pergi ke hidup bebas!
Selama angin masih angin buritan
dan matahari pagi menyinar daun-daunan
dalam rimba dan padang hijau
Pergi ke laut lepas, anakku sayang
pergi ke alam bebas!
Selama hari belum petang
dan warna senja belum kemerah-merahan
menutup pintu waktu lampau.
Jika bayang telah pudar
dan elang laut pulang ke sarang
angin bertiup ke benua
Tiang-tiang akan kering sendiri
dan nahkoda sudah tahu pedoman
boleh engkau datang kepadaku!
Kembali pulang, anakku sayang
kembali ke balik malam!
Jika kapalmu telah rapat ke tepi
"Tentang cinta dan hidupmu pagi hari"

Tuhan Telah Menegurmu
Oleh Apip Mustopa


Tuhan telah menegurmu dengan cukup sopan
lewat perut anak-anak yang kelaparan
Tuhan telah menegurmu dengan sopan lewat semayup suara adzan
Tuhan telah menegurmu dengan cukup menahan kesabaran
lewat gempa bumi yang berguncang
deru angin yang meraung kencang
hujan dan banjir yang melintang pukang
Adakah kau dengar?

Ah, Alam Semakin Cemar
Oleh Lita Hardono


Kurasa
Alam semakin cemar
Kali bening entah kemana
Mungkin malu
Dan bersembunyi di langit jingga
Burung pipit mungil
Termangu terus
Kicaunya hilang ditelan kegersangan
Matahari jadi enggan berpijar
Sinarnya tak lagi mesra ceria
Kurasa
Alam semakin cemar
Entah mengapa

Pahlawan Tidak Dikenal
Oleh  Toto Sudarto Bachtiar


Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tapi bukan tidur, sayang
Sebuah lubang peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang
Dia tidak ingat bilamana dia datang
Kedua lengannya memeluk senapan
Dia tidak tahu untuk siapa dia datang
Kemudian dia terbaring, tapi bukan tidur sayang
Wajah sunyi setengah tengadah
Menangkap sepi padang senja
Dunia tambah beku di tengah derap dan suara menderu
Dia masih sangat muda
Hari itu 10 November, hujan pun mulai turun
Orang-orang ingin kembali memandangnya
Sambil merangkai karangan bunga
Tapi yang nampak, wajah-wajah sendiri yang tak dikenalnya
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah lubang peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata : aku sangat muda

Kemarau
Oleh Suryani


Kau datang dan pergi setiap tahun
Panasmu menyengat tubuh
Kau hancurkan
Bungaku yang sedang mekar
Kau biarkan
Semua binatang merintih
Seakan kau tak mau
Mendengar rintihan-rintihan mereka
Kuharap, kau mengerti
Aku ingin, melihat kembali
Bungaku bermekaran
Pengganti bungaku yang telah kau
Hancurkan

Kepergian Pahlawanku
Oleh Isna


Senja yang pilu
Membuat hari kian membiru
Langit tampak keruh
Mengantar kepergianmu, pahlawanku
Gerimis jatuh membasahi pucuk sunyi
Melagukan nada-nada lara hati
Saat do'a-do'a ikut terkubur
Bersama jasadmu
Kaulah, pahlawanku
Yang meninggalkan berjuta jejak
Dalam hidupku
Kepergianmu ini
Membuatku bagai kota mati
Tapi aku mengerti
Bahwa engkau, Ibu
Tak pernah layu dalam kalbuku
Hanya setangkup do'aku
Semoga bahagia engkau
Kembali kepada-Nya

Gadis Peminta-minta
Oleh Toto Sudarto Bachtiar


Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil
Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka
Tengadah padaku, pada bulan merah jambu
Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa
Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecil
Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok
Hidup dari kehidupan angan yang gemerlapan
Gembira dari kemayaan riang
Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral
Melintas-lintas di atas air kotor, tapi yang begitu kau hafal
Jiwa begitu murni, terlalu murni
Untuk bisa membagi dukaku
Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil
Bulan di atas itu, tak ada yang punya
Dan kotaku, ah kotaku
Hidupnya tak lagi punya tanda

Lukisan-Nya
Oleh Isna


Hamparan pasir putih
Menyambut datangnya ombak
Lalu melepasnya kembali pergi
Hingga hanya tertinggal jejak dalam buih
Lautan luas yang bertemu dengan langit
Melantunkan sajak dalam bait-bait
Tentang kedamaian jiwa
Tentang keindahan lukisan-Nya
Kuresapi kembali pantai ini
Kuhayati setiap indahnya
Lalu kuturuti setiap sudutnya
Dan aku pun terpekur
akan kebesaran-Nya

Senja di Pantai
Oleh Burhanudin


Lihatlah perahu yang tertambat
Debur ombak tanpa lelah
Riaknya tinggalkan buih
Saksikan kesendirian, berjalan
Menyisir pantai, pasir bisu
Rumah kerang dan siput yang rapuh tanpa sapa,
Nestapa
Sebagai kamu yang makin jauh

Kupu-kupu Kecil
Oleh Aldika Restu Pramuli


Baru saja lahir
Kupu-kupu kecil dari sebuah kepompong mungil
Sayap-sayapnya elok
Kuning mencolok
Berhiaskan hijau polkadot
Metamorfosa telah sampai di batas titik
Kepompong telah menjelma makhluk
Bersayap cantik
Bunga-bunga pun siap jadi teman baik
Bagi si kupu-kupu kecil yang cantik

Karangan Bunga
Oleh Taufik Ismail


Tiga anak kecil
Dalam langkah malu-malu
Datang ke salemba sore itu
Ini dari kita bertiga pita hitam pada
karangan bunga
Sebab kami turut berduka atas
tertembaknya kakak siang tadi

Perempuan-perempuan Perkasa
Oleh Hartoyo Andangjaya


Perempuan-perempuan yang membawa bakul di pagi buta dari manakah mereka
Ke stasiun kereta mereka datang dari bukit-bukit desa sebelum peluit kereta pagi terjaga
Sebelum hari bermula dalam pesta kerja
Perempuan-perempuan yang membawa bakul dalam kereta ke manakah mereka
Mereka berlomba dengan surya menuju ke gerbang kota merebut hidup di pasar-pasar kota
Perempuan-perempuan yang membawa bakul di pagi buta
Siapakah mereka
Akar-akar melata dari tanah perbukitan turun ke kota
Mereka : cinta kasih yang bergerak menghidupi desa demi desa

Doa
Oleh Amir Hamzah


Dengan apakah kubandingkan pertemuan kita, kekasihku?
     Dengan senja samar sepoi, pada masa purnama meningkat naik, setelah menghalaukan panas payah terik.
     Angin malam menghembus lemah, menyejuk badan, melambung rasa melayang pikir, membawa angan ke bawah kursimu.
     Hatiku terang menerima katamu, bagai bintang memasang lilinnya.
     Kalbuku terbuka menunggu kasihmu, bagai sedap malam menyirak kelopak.
     Aduh, kekasihku, isi hatiku dengan katamu, penuhi dadaku dengan cayamu, biar bersinar mataku sendu, biar berbinar gelakku rayu!

Posting Komentar untuk "Kumpulan Puisi Lama dan Modern dengan Berbagai Tema"